Disusun oleh : Jamaluddin ZA, S. Pt (Kasi Budidaya Peternakan Dinas Peternakan Kab. Lebak)
Saat ini kita sudah berada pada era Revolusi Industri 4.0, siapa yang tidak bisa berdaptasi terhadap keadaan tersebut akan ketinggalan bahkan tergilas. Revolusi Industri 4.0 terjadi perubahan dunia fisik menjadi dunia digital dengan perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi informasi (IT). Sehingga terjadi pemanfaatan IT yang luar biasa. Keadaan ini tentu memberi dampak positif dan negatif terhadap pembangunan peternakan.
Revolusi Industri 4.0 merupakan perubahan dalam mekanisme produksi barang dan jasa dengan ciri-cirinya sebagai berikut : internet of Thing’s (IoT), artifisial intelijen, cloud computing (komputasi awan), robotika, otomasi yaitu penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin yang secara otomatis melakukan dan mengatur pekerjaan sehingga tidak memerlukan pengawasan manusia (KBBI) dan kemudian adanya big data sehingga organisasi akan mudah mengolah data dan menganalisanya. Big data dapat menghemat waktu dan biaya serta dapat membuat keputusan yang tepat.
Era Revolusi Industri 4.0 akan menimbulkan berbagai permasalahan baru diantaranya akan menyebabkan banyak pekerjaan yang hilang dan sebaliknya juga akan menimbulkan banyak pekerjaan yang baru. Sektor market place seperti retail konvensional atau toko sangat berdampak akibat adanya e-commerce. Dampak era Revolusi Industri 4.0 juga terjadi pada transpotasi dengan adanya kenderaan yang berbasis online akan menggeser posisi transportasi konvensional. Selain itu juga banyak ancaman terjadi akibat kejahatan cyber.
Revolusi Industri 4.0 akan berdampak kepada setiap aspek kehidupan tidak terkecuali dampak terhadap pembangunan peternakan. Paradigma terhadap metode pembangunan peternakan harus berubah untuk menghadapi era yang terus berubah. Perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi atau penanganan yang tepat pada pembangunan peternakan dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0.
Strategi yang tepat dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 yaitu mendorong peternak untuk melakukan digitalisasi pada usaha ternaknya dan adanya dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat menanggulangi masalah yang terjadi akibat adanya era revolusi industri 4.0. Penyesuaian terhadap keadaan yang terjadi merupakan hal yang mutlak harus dilakukan agar tidak ketinggalan. Munculnya inovasi-inovasi yang bisa menghadapi perubahan atau tantangan pada era 4.0 sangat dibutuhkan. Kemudian pemanfaatan Teknolgi Informasi (IT) terus dipacu untuk kemajuan pembangunan peternakan.
A. KONDISI USAHA PETERNAKAN SAAT INI
Tatalaksana pemeliharaan ternak saan ini secara umum di Indonesia belum sesuai dengan good farming practice (GFP). Baru sebagian peternak yang memiliki lahan hijauan pakan ternak, lebih banyak mengandalkan pakan dari lahan milik orang lain dengan menggembalakan ternak dan mengambil hijauan pakan ternak dari lahan milik orang lain. Tujuan pemeliharaan ternak juga masih banyak sebagai usaha sambilan atau sebagai tabungan bukan sebagai usaha pokok.
Serbuan produk peternakan dari luar negeri saat ini sangat tinggi mulai dari ternaknya maupun daging, seperti ternak sapi dan daging sapi dari Australia serta daging kerbau dari India. Sedangkan unggas di Indonesia dikuasai oleh perusahaan Asing. Kebutuhan daging sapi dan kerbau secara Nasionl masih mengandalkan impor dari luar negeri. Impor ternak dan impor daging sapi/kerbau dari luar negeri bisa menggangu keberadaan peternakan sapi dan kerbau di Indonesia. Selain itu impor ternak maupun daging sapi/kerbau dari Negara yang tidak bebas penyakit zoonosis sangat dikhawatirkan menularkan penyakit pada orang yang mengkonsumsinya.
Memang tidak bisa dipungkiri kelemahan usaha peternakan di Indonesia jika dikelola secara intensif membutuhkan biaya yang tinggi (high cost) karena pola pemeliharaan yang berbeda dengan pola pemeliharaan diluar negeri, misalkan saja kita bandingkan dengan Australia dengan pola yang diterapkan adalah pemeliharaan ternak di padang penggembalaan. Pola ini dapat menekan biaya pakan dan tenaga kerja. Sehingga dapat menjual ternak maupun daging lebih murah dari Indonesia. Biaya pakan dan manajemen yang tinggi di Indonesia mengakibatkan mahalnya harga daging dan ternak.
B. TANTANGAN DAN SOLUSI PEMBANGUNAN PETERNAKAN
Digitalisasi pada sub sektor peternakan harus terus dipacu untuk mendukung tata laksana peternakan yang baik. Terutama dalam aspek pakan, bibit dan manajemen. Tiga aspek ini yang sangat berperan terhadap maju mundurnya suatu usaha peternakan. Sudah mulai diterapkan teknologi-teknologi peternakan pada usaha peternak. Tidak hanya itu, peternak juga dipacu agar berlomba-lomba membuat inovasi peternakan terutama terhadap tiga aspek yang disebutkan diatas.
Penerapan teknolgi pakan pada usaha peternakan di pedesaan harus dilakukan, peternak dipacu agar mulai melakukan digitalisasi sendiri dalam pengembangan usaha ternaknya. Sehingga peternak di pedesaan bukan peternak tradisionl lagi. Akan tetapi peternak yang dapat bersaing pada era revolusi industri 4.0. Memang melakukan perubahan ini bukan sesuatu hal yang mudah, namun hal tersebut harus dilakukan agar peternak kita tidak ketinggalan atau dapat bersaing untuk menghadapi era revolus industri 4.0.
Digitalisasi juga harus ditumbuhkan dalam manajemen usaha peternakan, seperti rekording yang dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi IT. Sehingga riwayat kesehatan, produksi dan reproduksi masing-masing ternak dapat tercatat dengan baik, mudah dan cepat terdeteksi. Selain itu dengan adanya rekording berbasis IT juga sangat bermanfaat terhadap perbibitan ternak, hasil pengukuran ternak mulai dari lahir dapat dicatat pada aplikasi. Aplikasi IT memiliki keunggulan tidak membutuhkan kertas yang banyak dalam menyimpan data dan lebih mudah dan lebih cepat diakses sehingga akan memudahkan peternak dalam membuat perencanaan, penanganan dan seleksi ternak yang dipelihara.
Manajemen Pemasaran hasil juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan oleh peternak agar bisa besaing, sehingga harga ditingkat petani meningkat dengan pemanfaatan teknologi IT yang dibangun. Pemanfaat aplikasi IT akan memudahkan pemasaran tidak hanya pemasaran lokal akan tetapi dapat dilakukan secara Nasional. Karena dengan teknologi IT melalui pemanfaatan Internet of Things (IoT) informasi dapat langsung tersebar di seluruh Indonesia bahkan seluruh Dunia, keadaan ini akan meningkatkan posisi tawar peternak.
Menghadapi Revolusi Industri 4.0 dalam manajemen peternakan masih banyak yang dapat dilakukan. Oleh karena itu seluruh pemangku kepentingan harus bahu-membahu mendukung pemanfaatan teknologi informasi yang muncul baik dari pemerintah maupun peternak. Memanfaatkan IT semaksimal mungkin untuk kemajuan usaha peternakan akan meningkatkan pembangunan peternakan, yaitu peternak yang maju dan berdaya saing.
Daftar Pustaka
Agustina dan Tri Siwi (2019) Kewirausahaan di Era Revolusi Industri 4.0. Jakarta. Mitra
Wacana Media
Ahmad, I. dan Jenderal, D. (2018) Proses Pembelajaran Digital dalam Era Revolusi 4.0.
Era Disrupsi Teknologi