Disusun oleh : Iqin Zaeni M, S.Pt
Unsur mineral esensial baik makro maupun mikro sangat dibutuhkan untuk proses fisiologis ternak, terutama ternak ruminansia yang hampir seluruh hidupnya bergantung pada pakan hijauan. Hijauan pakan ternak yang tumbuh di tanah yang miskin unsur mineral akan berkurang kandungan mineralnya, terutama jenis rumput. Akibatnya ternak yang hidup di daerah tersebut akan mengalami penyakit yang disebut penyakit defisiensi mineral.
Penyakit ini dapat mengakibatkan penurunan bobot badan, kekurusan, serta penurunan daya tahan tubuh, daya produksi dan reproduksi. Kasus penyakit defisiensi mineral terutama ditemukan pada ternak di daerah kering beriklim kering, daerah yang sebagian besar tanahnya berpasir dan daerah lahan gambut, dan biasanya dimiliki oleh peternak kecil. Oleh karena itu, ternak di daerah tersebut kurang berkembang baik kualitas maupun kuantitasnya, seperti yang terjadi di daerah transmigrasi Kalimantan Tengah dan daerah pesisir Kalimantan Selatan.
Pencegahan penyakit defisiensi mineral dapat dilakukan dengan pemberian pakan tambahan yang berupa mineral blok atau pakan konsentrat yang mengandung mineral yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis ternak.
Seperti unsur nutrisi pada manusia, mineral berperan penting dalam proses fisiologis ternak, baik untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan kesehatan. Beberapa unsur mineral berperan penting dalam penyusunan struktur tubuh, baik untuk perkembangan jaringan keras seperti tulang dan gigi maupun jaringan lunak seperti hati, ginjal, dan otak. Unsur mineral makro seperi Ca, P, Mg, Na, dan K berperan penting dalam aktivitas fisiologis dan metabolisme tubuh, sedangkan unsur mineral mikro seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), dan kobalt (Co) diperlukan dalam sistem enzim.
A. PENYAKIT DEFISIENSI MINERAL
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit defisiensi mineral, dan hal tersebut berkaitan erat dengan sistem pemeliharaan. Ternak sapi atau kambing banyak yang dipelihara dengan dilepas di padang penggembalaan. Pada pagi hari ternak dilepas ke padang rumput dan pada sore hari dimasukkan ke dalam kandang. Pakan yang diberikan kepada ternak hanya seadanya. Dalam kondisi seperti itu, kualitas nutrisi pakan sangat bergantung pada rumput dan hijauan yang tumbuh di padang penggembalaan. Bila tanah tempat hijauan tersebut tumbuh miskin unsur mineral maka ternak yang mengkonsumsi hijauan tersebut akan menunjukkan gejala penyakit defisiensi mineral.
Gejala awal berupa penurunan reproduksi sekitar 20−75%, retensi plasenta, anak yang lahir menjadi lemah, dan angka kematian anak tinggi. Penyakit lain yang timbul adalah pneumonia, diare, stomatitis, anoreksia, dan penurunan produksi susu pada sapi perah. Gejala lain yang lebih parah ialah patah tulang, kulit kering dan bersisik, serta kekurusan yang hebat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit defisiensi mineral disebabkan oleh faktor kondisi tanah dan jenis tanaman. Pada tanah berpasir yang sangat miskin unsur mineral, kondisi tanah yang dipupuk, tidak dipupuk, dan ditanami terus-menerus akan mempengaruhi kandungan mineralnya. Tingkat kemasaman (pH) tanah juga mempengaruhi kandungan hara. Pada tanah alkalis dengan pH 8 akan terjadi defisiensi Fe, Mn, dan Zn, sebaliknya pada pH 5 terjadi defisiensi Cu.
Berdasarkan informasi di atas dapat dinyatakan bahwa kecukupan mineral secara alami sangat bergantung pada kondisi daerah tempat ternak dipelihara dan pakan yang cukup mengandung mineral. Bila ternak dipelihara secara tradisional dengan digembalakan dan hanya memperoleh pakan dari padang rumput maka ketersediaan mineral dalam tanah dan rumput pakan ternak perlu diperhatikan. Pemberian mineral tambahan pada ternak ruminansia yang hidup di daerah yang tanahnya miskin unsur mineral perlu dilakukan. Tanaman legum mempunyai kandungan mineral yang cukup tinggi.
Penyakit defisiensi mineral terutama diakibatkan oleh kurangnya kandungan mineral tertentu pada pakan ternak, tetapi tidak menutup kemungkinan akibat terjadinya interaksi unsur-unsur mineral dalam pakan tersebut. Timbulnya penyakit juga disebabkan oleh kondisi daerah, yaitu lahan kering marginal dengan curah hujan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada daerah yang kering dengan curah hujan rendah, kandungan mineral dalam tanah dan tanaman umumnya sangat rendah. Dengan demikian, penyakit defisiensi mineral pada ternak ruminansia bervariasi, bergantung pada kondisi daerah dan jenis pakan yang dikonsumsi ternak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran nutrisi mineral sangat penting pada sapi karena dapat menyebabkan infertilitas pada ternak yang bersangkutan. Ternak sapi di beberapa daerah transmigrasi Kalimantan menunjukkan gejala lambat berkembang, pertumbuhan ternak sangat buruk, ternak menjadi kurus, mandul bahkan mati.
Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa penyakit defisiensi mineral pada ternak ruminansia merupakan salah satu pennghambat perkembangan ternak di beberapa lokasi di Indonesia. Oleh karena itu, upaya penanggulangan penyakit tersebut adalah dengan pemberian mineral tambahan pada pakan, baik dalam bentuk konsentrat maupun mineral blok. Namun sebelum dilakukan pemberian pakan tambahan, perlu dievaluasi terlebih dahulu kandungan mineral dalam tubuh ternak (serum) dan pakan tambahan yang akan diberikan, agar pemberian mineral tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan ternak.
B. STATUS MINERAL PADA TERNAK RUMINANSIA DI INDONESIA
Kasus penyakit defisiensi mineral dapat didiagnosis berdasarkan gejala yang terlihat, seperti kekurusan, hilang nafsu makan, kemandulan, dan keguguran pada ternak yang bunting. Penyakit tersebut terjadi secara kronis, sehingga untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan kandungan mineral dalam darah agar penyakitnya dapat diketahui lebih awal.
Status mineral pada sapi telah banyak dilaporkan. Di beberapa daerah transmigrasi Kalimantan, kondisi sapi cukup memprihatinkan dan status mineralnya mengalami defisiensi. Namun di beberapa daerah lain di Kalimantan menunjukkan hal yang sebaliknya, karena meningkatnya perkembangbiakan ternak sapi yang dikirim dari Jawa yang status mineralnya lebih baik. Kedua daerah tersebut memiliki kondisi tanah yang sangat berbeda. Pada daerah yang mengalami defisiensi, tanahnya berpasir sehingga tanaman yang tumbuh di atasnya tidak dapat menyerap unsur mineral karena mineral langsung merembes ke dalam tanah yang lebih dalam. Akibatnya, tanaman yang tumbuh di atasnya miskin akan unsur mineral.
C. USAHA MENGATASI PENYAKIT DEFISIENSI MINERAL
Pengobatan penyakit defisiensi mineral dapat dilakukan dengan penambahan mineral dalam pakan serta mengurangi interaksi antara unsur nutrisi lain dengan unsur nutrisi mineral. Untuk mencegah interaksi tersebut perlu dilakukan diagnosis kandungan mineral darah pada ternak. Di samping itu, perlu diketahui kandungan mineral dalam pakan.
Pemberian mineral tambahan berupa konsentrat maupun mineral blok dilakukan dengan takaran dua kali dari pemberian pada ternak normal. Pemberian pakan tambahan yang mengandung mineral yang cukup untuk ternak ruminansia telah banyak dilakukan. Di samping itu juga telah diproduksi pakan berbentuk blok yang mengandung mineral, tetapi kandungan mineralnya bervariasi dan bahkan beberapa jenis mineral tidak mencukupi kebutuhan fisiologis ternak. Dengan demikian, pembuatan pakan tambahan baik berupa mineral blok maupun konsentrat perlu memperhatikan kebutuhan ternak, yaitu untuk ternak normal atau ternak defisiensi.
Mineral untuk ternak banyak dijual dipasaran dan biasanya dalam bentuk serbuk. Jika peternak kesulitan mendapatkan mineral untuk ternak, bisa digunakan garam. Cara pemberian mineral bisa dilakukan dengan mencampurkan dengan pakan atau air minum. Mineral untuk ternak diberikan dalam jumlah sedikit, kurang lebih 4 persen. Mineral tidak boleh diberikan dalam jumlah berlebihan. Jika berlebihan justru akan mengakibatkan keracunan pada ternak.
Pemberian mineral yang cukup pada ternak diharapkan akan memberikan pengaruh yang besar pada ternak, seperti pertambahan bobot badan, meningkatkan efisiensi pakan, meningkatkan ketahanan terhadap penyakit dan stress, memperbaiki sistem reproduksi pada ternak sehingga ternak bisa bereproduksi sesuai potensial genetiknya, serta meningkatnya karkas rendah lemah. Karkas bagian tubuh ternak yang terdiri dari daging, tulang dan lemak tanpa kepala, darah, keempat kaki bagian bawah, kulit, bulu dan organ dalam kecuali ginjal. Meningkatnya kesadaran akan pola hidup yang sehat dan kesejahteraan masyarakat, konsumen banyak mencari daging dengan kualitas yang baik.
Daftar Pustaka :
- http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi-mainmenu-47-47/artikel/379-pentingnya-mineral-untuk-ternak
- Harmini, SPt. Dimuat di Sinartani Edisi 19-25 Maret 2014 No. 3549 Tahun XLIV