Oleh : Jamaluddin ZA, S.Pt.
Saat produksi hijauan pakan ternak melimpah banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengawetkanya, salah satunya dengan penururunan kadar air hijauan, seperti pembuatan hay. Hay merupakan salah satu metode pengawetan hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk kering. Pembuatan hay dilakukan dengan menurunkan kadar air sampai layak untuk disimpan
A. Tujuan pembuatan hay
Pengawetan dengan menurunkan kadar air (hay) tentu memiliki tujuan. Adapun tujuan pembuatan hay adalah :
- Mengawetkan kelebihan hijauan pakan ternak (HPT) saat dipanen
- Persediaan pakan saat kesulitan mendapatkan pakan misalnya musim kemarau
- Bisa melakukan panen HPT pada saat yang bersamaan walaupun produksinya tinggi
- Bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak saat di perjalanan walaupun jaraknya jauh
- Sebagai sumber penghasilan.
b. Syarat Hijauan yang Dapat Dibuat Hay
Tidak semua hijauan mudah dibuat menjadi hay. Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan agar hay yang dihasilkan sesui dengan yang diharapkan. Syarat hijauan yang bisa dibuat hay yaitu :
- Hijauan yang bertekstur lunak atau lembut
- Hijauan yang ukuranya seragam
- Hijauan yang mudah diturunkan kadar airnya
C. Cara membuat hay
Agar hay yang diperoleh sesuai standar yaitu tahan lama dan nutrisi yang dihasilkan tidak terjadi penurunan yang signifikan, maka harus diketahui cara pembuatan hay yang baik. Ada beberapa cara dalam pembuatan hay yaitu :
- Pengeringan dilapangan dan pengeringan memakai lantai jemur
Pengeringan dilapangan bisa dilakukan ditempat hijauan pakan ternak (HPT) dipanen. HPT yang dipanen langsunng dihamaparkan dilahan. Agar keringnya merata dilakukan pembolakbalikan hijauan setiap hari. Pengeringan juga bisa dilalkukan di lantai jemur. Terlebih dahulu lantai jemur disiapkan, sebaiknya lantai jemur terbuat dari semen, agar pakan tidak mudah kotor. Biasanya lantai jemur yang terbuat dari semen bisa menyerap panas sehingga penjemuran pada lantai semen akan lebih cepat kering. hijauan yang dipanen diangkut ke lokasi lantai jemur. Lantai jemur sebaiknya dekat dengan gudang pakan. Hal ini berguna jika pada saat penjemuran turun hujan, hijauan yang dikeringkan bisa disimpan sementara digudang, jika panas kembali muncul hijauan dijemur kembali.
- Pengeringan dilakukan diatas rak.
Sebelum panen rak-rak penjemuran terlebih dahulu disiapkan. Hijauan pakan ternak yang telah dipanen diangkut dari lahan kemudian di jemur diatas rak-rak. Pada saat penjemuran hijauan tetap di bolak balik setiap hari agar keringnya merata.
- Pengeringan dilakuan saat hijauan masih berdiri di lahan, seperti tanaman jagung setelah dipanen buahnya, batang dan daunya dibiarkan kering di kebun.
Pengeringan hijauan mengandalkan sinar matahari. agar hijauan keringnya merata. Ketebalan rumput yang dijemur harus diatur agar lebih cepat kering. Awal pengeringan hijauan masih melakukan respirasi sampai hijauan kering dan sel-selnya mati. Setelah kadar air hay mencapai 15-20% maka dapat dikemas. Pengemasan dapat dilakukan dengan cara dipadatkan atau di press, Sehingga hay mejadi padat. Hay bisa dibentuk kotak atau persegi panjang maupun berbentuk bulat. Hay yang tadinya longgar menjadi sangat rapat sehingga dalam penyimpanan tidak memakai tempat yang banyak. Setelah di press hay yang berntuk kotak akan diikat dan disusun di dalam gudang penyimpanan. Sedangkan hay berbentuk bulat biasanya dibuat dalam ukuran yang besar.
D. Cara Menentukan Hay yang Baik
Kadar air hay yang baik adalah 15-20%. Kadar air hay tidak boleh terlalu tinggi karena saat penyimpanan akan mudah rusak oleh jamur maupun mikroorganisme yang merugikan. Sedangkan kadar air yang terlalu rendah akan memudahkan hijauan patah dan kandungan karotin akan hilang. Keadaan hay yang rapuh mengakibatkan kesulitan dalam pengemasan.
Suhu pada saat pengeringan sangat mempengaruhi hasil dari hay. Suhu yang tinggi atau terik matahari yang lama akan menghasilkan kualitas hay yang baik. Kualitas hay yang baik adalah hay yang dapat mempertahankan kualitas nutrisi dengan baik dalam waktu yang lama. Walaupun terjadi penurunan nutrisi tetapi tidak signifikan. Bahan hay yang baik adalah dipanen pada saat menjelang berbunga, karena protein hijauan pada saat itu memiliki jumlah yang optimal.
Menentukan apakah hay yang dihasilkan baik dapat dilihat dari kriteria berikut :
- Warnanya hijau kekuningan
- Tidak berbau busuk
- Tidak berjamur
- Tidak ada titik-titik hitam
- Teksturnya tidak mudah patah dan hancur.
E. Penyimpanan Hay
Penyimpanan hay juga sangat mempengaruhi kualitas nutrisi pada hay. Penyimpanan harus dilakukan pada gudang yang tidak lembab. Lembab bisa diakibatkan adanya air yang masuk ke dalam gudang baik dari atap maupun dari lantai gudang. Mengatasi agar hay tidak lembab dari lantai gudang, perlu dilakukan pemberian alas dari kayu, sehingga hay tidak langsung ke lantai. Sedangkan dari atas dipastikan agar atap tidak bocor dan tidak ada rembesan air dari ventilasi udara dari gudang.
Suhu dalam Gudang yang terlalu panas juga dapat merusak hay baik tekstur maupun kandungan nutrisinya. Agar hay tidak mudah rusak maka suhu di dalam gudang juga harus bisa bisa diatur. Misalnya dengan adanya ventilasi. Hay harus disusun dengan rapi dan berlapis lapis sehingga tidak ada ruang tersisa dalam gudang akibat penyusunan yang salah. Penyusunan yang rapi akan membuat hay dapat diisi lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia (sapi,
Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius. Yogyakarta
Mansyur, T. dkk. 2007. Proses pengeringan dalam Pembuatan Hay Rumput Signal
(Brachiaria Decumbens). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Moran, J. 1996. Forage Conservation Making Quality Silage and Hay in Australia. Agemedia.
East Melbourne. Victoria.
McDonald, P. dkk. 2002. Animal Nutrition. Prentice Hall. United States. HorlowPrihantoro, I. 2014. Managemen Pembibitan, Produksi dan Penyimpanan Hijauan Pakan
Ternak. Presentasi Pelatihan Pakan Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.Raksohadiprodjo, S. 1985. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Rankin. M. and D, Undersander. 2000. Rain Damage to Forange During Hay and Silage
Making. Focus on Forage.
Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Tilman, A. D. dkk. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta