Oleh : Jamaluddin ZA, S. Pt (Kasi Budidaya Peternakan Dinas Peternakan Kabupaten Lebak)
Memelihara kerbau sudah lama dilakukan sebagian masyarakat pedesaan di Indonesia, terdapat beberapa jenis kerbau di Indonesia yaitu kerbau lumpur, kerbau rawa dan kerbau sungai. Perbedaan jenis kerbau selain dari bentuk fisiknya juga tergantung dengan cara beradaptasi terhadap suhu lingkungan pada saat suhu mulai panas. Kerbau lumpur adalah kerbau yang berkubang di lumpur, kerbau rawa berendam di rawa dan kerbau sungai berendam di sungai atau air yang bersih. Kerbau mempunyai pencernaan yang lebih efisien dalam mencerna pakan kualitas rendah dibandingkan sapi. Kerbau lumpur memiliki populasi tertinggi di Indonesia, hanya sedikit kerbau sungai. Kerbau lumpur merupakan kerbau tipe pedaging sedangkan kerbau sungai merupakan tipe perah. Kerbau dapat dikelasifikasi sebagai berikut : Spesis : Bubalus Bubalis, Genus : Bubalus, Family : Bovidae, Ordo : Artiodactyla, Kelas : Mamalia dan Filum : Chordata.
A. Jenis-jenis Kerbau Perah
Kerbau perah adalah kerbau yang memiliki produksi susu yang tinggi melebihi kebutuhan anaknya, sehingga layak untuk diperah. Mungkin belum umum di Kabupaten Lebak tentang kerbau perah. Kebanyakan kerbau yang dipelihara di Kabupaten Lebak adalah kerbau lumpur. Belum ada kerbau perah yang dipelihara di Kabupaten Lebak. Kerbau sungai atau kerbau perah memiliki kromosom sebanyak 50. Kelebihan kerbau perah dibandingkan kerbau penghasil daging adalah kerbau perah bisa menjadi sumber penghasilan sehari hari selama laktasi. Ada beberapa jenis tipe kerbau perah di Dunia diantaranya sebagai berikut :
a. Kerbau Nagpuri
Ciri-ciri kerbau nagpuri memiliki tubuh besar, tanduk panjang serta melengkung disebelah leher, leher panjang dan memiliki warna kulit hitam sampai abu-abu. Kerbau ngapuri bisa beradaptasi pada iklim yang buruk.
b. Kerbau Kundhi
Karakteris fisik kerbau kundhi adalah ; warna bulu hitam pekat, masif, leher pendek, dahi yang lebar, telinga ukuran sedang tanduk lebar pada bagian dasar dan lancip ke atas dan kebawah seperti kail makanya disebut kundhi. berat badan betina dewasa antara 300-400 kg dan berat badan pejantan 500-600 kg.
c. Kerbau Jafarabadi
Berat badan kerbau Jafarabadai bisa mencapai 800 kg. Ciri-ciri fisik kerbau jafarabadi adalah bentuk dahi yang amat menonjol, datar serta tebal, kepala besar dan lebar, tanduk melengkung kebawah membentuk cincin, tubuh berbentuk masif, tinggi, relatif panjang, tidak terlalu kompak, kulit berwarana hitam dan kelabu, mempunyai ambing yang besar pada betina.
d. Kerbau Surti
Kerbau surti memiliki ciri-ciri sebagai berikut : berukuran sedang terdapat chevron di bagian leher, tanduk melengkung ke bagian kepala, pendek, berat betina memiliki ambing yang besar dan berat badan bisa mencapai 400 kg dan jantan bisa mencapai 500 kg. produksi susu bisa mencapai 1.699 liter per laktasi.
e. Kerbau Mehsana
Kerbau mahnesa Memiliki tanduk bergerigi yang agak renggang, warna kulit hitam dengan warna putih pada bagian kaki dan ekor. berat badan betina bisa mencapai 400 kg dan jantan 540 kg, produksi susu bisa mencapai 1901 liter per laktasi.
f. Kerbau Anatolian
Kerbau anatolian ditemukan dari Northwestern Turki. Kerbau Anatolian merupakan kerbau perah dengan ciri-ciri sebagai berikut : bentuk dahi datar, warna bulu mulai dari abu-abu sampai hitam, tanduk berbentuk bulan sabit, ada juga yang memiliki warna putih di dahi dan ekor.
g. Kerbau Mediterranean
Ciri-ciri kerbau mediteranian itali adalah, memiliki warna kulit hitam, tanduk warna hitam dan setengah lingkaran, badannya tegap dan kokoh berdiri, ambing pada betina berkembang dengan baik, bulu disekitar kepala panjang.
Kerbau mediterania dahulu dipakai sebagai kendaraan, saat ini digunakan sebagai ternak perah atau produksi susu. Kerbau mediterrania berkemang di Eropa terutama Italia. Kerbau mediterania merupakan kerbau perah yang dimanfaatkan susunya menjadi berbagai olahan.
h. Kerbau Murrah
Jenis kerbau perah yang terdapat di Indonesia adalah kerbau murrah. Kerbau perah di Indonesia hanya berada di daerah tertentu seperti di Sumatera Utara. Kerbau perah pertama kali dibawa oleh pendatang dari India yang bermukim di Sumatera Utara. Sebagian keturunan India menjadikan kerbau perah sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berat kerbau jantan bisa mencapai 450-800 kg dan kerbau betina bisa mencapai 350-700 kg. Kerbau murrah dapat memproduksi susu mencapai 300-3500 lbs per laktasi. Susu kerbau memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu Protein 3,8 %, Lemak 7,4 %, Laktosa 4,9 %, Mineral 0,78 %, air 83,1 % (Warner, 1976).
Kerbau murrah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Warna bulu hitam pekat dan sebagian kecil bhurra (coklat)
- Postur tubuh lebih besar dibandingkan dengan kerbau lumpur
- Bentuk tanduk kecil dan melengkung kebagian atas
- Kulit tebal
- Memiliki ambing yang besar pada betina
- Ujung ekor berwarna putih
- Bagian kaki belakang dan pinggang lebih besar dibandingkan kaki depan.
Pengembangan kerbau murrah di wilayah Indonesia sangat memungkinkan karena sudah beradaptasi dengan iklim di Indonesia.
B. Makanan Olahan dari Susu Kerbau
Susu kerbau dapat diolah menjadi makanan yang lezat, di Sumatera Barat susu kerbau diolah menjadi dadih, di Italia susu kerbau diolah menjadi keju mozarella, di turki susu kerbau diolah menjadi keju beyas penyir dan di Amerika susu kerbau diolah menjadi yoghurt. Keju mozzarella misalnya sangat diminati bukan hanya di Itali namun di Negara lain juga.
a. Dadih
Dadih merupakan olahan susu kerbau, lokasi pembuatan dadih berada di Nagari air dingin Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Dadih terbuat dari fermentasi susu kerbau, susu kerbau yang diperah dimasukkan ke dalam bambu, disimpan satu malam, hasilnya akan terbentuk cream padat dan lembut.
b. Mozzarella
Keju mozzarella dari susu kerbau dibuat di Italia. mozzarella dari susu kerbau memiliki rasa yang lebih baik dengan tekstur yang lebih lembut dan aroma yang mengunggah selera.
c. Yoghurt
Selain yogurt dari susu sapi, di Itali dan Amerika yogurt dari susu kerbau juga dibuat. Kualitas yogurt dari susu kerbau tidak kalah kualitasnya dibandingkan yogurt dari susu sapi.
DAFTAR PUSTAKA
Murti dan Trijoko Wisnu (2002) Ilmu Ternak Kerbau. Kanisius. Yokyakarta
Mason, I. L. (1996) A Word Dictionary of Livestock Breed, Type and Varieties. Fourh
Edition
Singh, R. B., at all (1958) Influence of the season of calving on inter-calving priod in
Murrah buffaloes and Hariana Cows. ind. J, Dairy Sci.
Johari and Bat (1979) Effect of Genetic and Non Genetic Factors on Production Traits in
Buffaloes. India. J.Anim Sci