Oleh : Brita Ariyaningsih, S.Pt
Inseminasi Buatan (Artificial Insemination) dan lebih sering disebut kawin suntik adalah suatu metode pembuahan yang dilakukan diluar perkawinan alam dengan istilah lain mengawinkan secara buatan dengan menyuntikkan semen ke dalam saluran reproduksi betina yang sedang birahi.
Teknologi Inseminasi (IB) pada unggas khususnya ayam merupakan teknologi sederhana karena dilakukan dan dikerjakan dengan mudah oleh peternak, peralatan IB sederhana, mudah diperoleh dan harganya murah. Pada ayam kampung dengan sistem IB dapat mengupayakan pengadaan Day Old Chick (DOC) dalam jumlah banyak dan berumur sama. Selama ini sulit mencari bibit Day Old Chick (DOC) ayam kampung padahal kenyataannya harga jual relatif lebih tinggi dan relatif stabil dengan inseminasi buatan mungkin penyediaan anak ayam sebagai bibit akan lebih mudah.
Menyiapkan Induk dan Pejantan
- Betina sudah bertelur dan dalam masa produksi
- Ayam pejantan dibagi dua kelompok yaitu untuk tujuan kesenangan, yang perlu dipertimbangan adalah ukuran tubuh, warna bulu, tidak cacat genetik. Sedangkan untuk keperluan produksi yang perlu dipertimbangkan berdasarkan karakteristik misal petelur, pedaging dan dwiguna.
- Ayam pejantan mempunyai libido seksual yang baik untuk mengawini betina.
Kandang yang ideal untuk proses pelaksanaan dan keperluan IB adalah kandang battery secara individu. Ukuran kandang tergantung pada jenis ayam yang dipelihara. Untuk ayam betina tipe sedang dan ayam hias tipe kecil cukup mempergunakan kandang battery yang biasa digunakan untuk ayam petelur (layer cokelat), tetapi untuk kandang jantan harus mempunyai ukuran yang berbeda dengan ukuran yang digunakan untuk betina.
Pengambilan Semen dan Metode Inseminasi
Pengambilan semen pada unggas ada dua metode. Metode pertama adalah menggunakan alat suntik tanpa jarum yang ada penampungannya dengan sistem disedot dan yang kedua dengan menampung langsung pada botol pengumpul (0,5 ml). Tetapi kedua metode tersebut prinsipnya sama yaitu mengurut punggung pejantan dimulai dari pangkal leher terus ke punggung hingga pangkal ekor. Pengurutan diulang beberapa kali sehingga ayam pejantan menunjukkan ereksi maksimal. Kemudian secara individual semen ditampung dalam botol penampung dan disimpan dalam termos yang diisi es batu. Suhu yang baik dalam termos penyimpan antara 5 – 10 °C. Dalam kondisi suhu seperti ini semen dapat disimpan selama 4 – 6 jam untuk mempertahankan daya hidup sperma motil lebih dari 50 %.
Semen yang baik berwarna putih krem. Semen yang kurang baik biasanya berwarna agak kemerahan akibat terkontaminasi darah ataupun kehijauan akibat kontaminasi kotoran atau urin dan semen seperti ini tidak perlu dipergunakan.
Metode penempatan (deposisi) semen juga ada dua yaitu metode intravagina dan metode intrauterine. Metode intravagina yaitu sebuah cara dengan memasukkan batang gun (spuit 1 ml) sedalam lebih kurang 3 cm atau meneteskan saja semen pada daerah vagina tempat deposisi semen. Metode deposisi semen ini mirip deposisi semen pada perkawinan secara alami. Metode intrauterine yaitu mendeposisikan semen pada daerah uterine dengan cara memasukkan kateter yang panjangnya kurang lebih 7 cm ke dalam uterus betina.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan IB
- Kemampuan inseminator
- Daya tahan hidup spermatozoa
- Metode deposisi semen
- Waktu IB
- Interval dan frekuensi IB selama produksi
- Dosis dan jenis pengenceran semen (jika diencerkan)
Pada perkembangannya metode intravagina lebih banyak digunakan untuk IB unggas secara massal karena pelaksanaannya relatif cepat. Dengan petugas inseminator yang baik dan dengan interval 3 – 5 hari sekali hasil di lapangan menunjukkan tingkat infertil yang rendah antara 8 – 12 % dengan daya tetas dapat dicapai di atas 80 %.
SUMBER PUSTAKA
Hafez, and M. E. Bellin. 2000. Semen Evaluation Reproduction in Farm Animals. 7hed. Newfork: London
Salisbury G.W., N.L. Vandemark dan R. Djanuar. 1992. Fisiologi dan Inseminasi Buatan pada Sapi
Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa. Bandung.