INSEMINASI BUATAN (IB) PADA TERNAK RUMINANSIA

INSEMINASI BUATAN (IB) PADA TERNAK RUMINANSIA

Oleh :  Jamaluddin ZA, S. Pt (Kasi Budidaya Peternakan Dinas Peternakan Kab. Lebak)

Inseminasi buatan adalah proses memasukkan spermatozoa ke dalam saluran reproduksi betina dengan tujuan agar betina menjadi bunting tanpa adanya proses perkawinan alami (Hafez, 1993). Inseminasi buatan yang baik adalah melakukan deposisi semen sampai pada uterus, untuk ternak sapi dan kerbau yang terbaik semen diletakkan pada posisi 4.  Banyak manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan inseminasi buatan, diantaranya satu ekor pejantan unggul bisa mengawini banyak ternak betina tanpa membawa ternak pejantan tersebut ke lokasi betina yang akan dikawinkan. Kemudian dalam satu kali ejakulasi pejantan unggul bisa menghasilkan banyak spermatozoa, spermatozoa dibagi pada beberapa strow, sehingga dalam satu kali ejakulasi bisa di inseminasikan pada banyak ternak betina, sedangkan jika secara alami satu kali ejakulasi hanya bisa mengawini satu ekor betina.

A. Tujuan Inseminasi Buatan (IB) :

Ada beberapa tujuan diaksanakannya Inseminasi Buatan (IB) pada ternak, Adapun tujuan dari inseminasi buatan sebagai berikut :

  1. Meningkatkan mutu genetik ternak dengan menggunakan semen pejantan unggul
  2. Menghemat penggunaan pejantan, secara ekonomis tidak ada biaya pemeliharaan pejantan
  3. Mencegah penularan penyakit kelamin
  4. Meningkatkan populasi ternak
  5. Persilangan antar ras dapat dilakukan
  6. Meningkatkan produktifitas ternak dengan pertumbuhan yang cepat

 

 B. Fasilitas yang Dibutuhkan Saat Melaksanakan Inseminasi Buatan

            Mendukung pelaksanaan inseminasi bautan agar berjalan dengan lancar maka perlu disediakan fasilitas.  Fasilitas yang perlu dipersiapkan adalah holding ground dan kandang jepit pada ternak yang dipelihara berkelompok, terutama ternak yang tidak ada kaluhan.  Namun pada ternak yang ada kaluhan cukup dengan kandang jepit.  Holding ground maupun kandang jepit harus dapat menahan ternak dengan aman dan kuat saat di inseminasi, designnya simple, murah, praktis dan ternak dapat keluar tanpa badan ternak berbelok. 

 

 C. Waktu yang Tepat Melaksanakan IB

            Pengamatan birahi pada ternak yang dipelihara berkelompok atau dipelihara pada kandang koloni sebaiknya dilakukan dengan melihat standing heat yaitu ternak yang diam saat dinaiki oleh ternak lain. Standing heat terjadi sejak 6 jam dari awal estrus.  Standig heat lebih banyak terjadi pada waktu pagi dan sore hari. Waktu yang paling baik melaksanakan inseminasi buatan pada sapi adalah 8-10 jam sejak standing heat. Diajurkan tidak boleh kurang dari 4 jam sebelum ovulasi atau tidak boleh melebihi 6 jam sesudah akhir estrus. Menurut Toelihere (1977) bahwa optimum untuk melakukan inseminasi harus diperhitungkan dengan waktu kapasitasi, yaitu suatu proses fisiologik yang dialami oleh spermatozoa di dalam saluran kelamin betina untuk memperoleh kapasitas atau kesanggupan membuahi ovum. Sperma sapi tahan hidup kira-kira 30 jam mungkin sampai 56 jam dalam saluran kelamin sapi betina.

 Sebelum melakukan inseminasi buatan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu pemeriksaan semen apakah kualitasnya masih baik, setelah dapat dipastikan bahwa semen yang akan digunakan kualitasnya sudah baik, selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah menghindari stress pada ternak pada saat di IB seperti kegaduhan, handling ternak yang buruk, kandang jepit yang tidak memadai.  Kemudian yang perlu diperhatikan lagi adalah perlengkapan IB harus sudah lengkap, kebersihan ternak yang kotor terutama kebersihan vulva. Perlu diperhatikan juga saat Thawing semen jika memungkinkan dilakukan dengan menggunakan air hangat suhu 37 0C selama 30 detik. Deposisi semen pada uterus harus dilakukan secepat mungkin

 

D. Menilai Keberhasilan IB

            Menilai keberhasilan inseminasi buatan dapat dilakukan dengan mengukur Non Return Rate (NR), Service per Conception (S/C) dan Conception Rate (CR) :

  1. Non Return Rate (NR)

            Non Return Rate (NR) adalah Prosentase hewan yan minta kawin lagi setelah di inseminasi.

                                       (Jumlah Ternak yang di IB) – ( Jumlah ternak yang kembali di IB)

            NR (%)     =                                                                                            

                                                               Jumlah Ternak yang di IB

 

 

  1.  Service per Conception (S/C)

Service per Conception (S/C) adalah  Jumlah ternak yang di IB dibandingkan dengan jumlah ternak yang bunting dari hasil IB yang dilakukan.  Semakin rendah nilai S/C maka keberhasilan IB semakin tinggi. 

 

                             jumlah ternak yang di IB

                S/C    =                                                                                        

                               Jumlah ternak yang bunting

 

  1. Conception Rate (CR)

Conception Rate (CR) adalah persentase jumlah ternak yang bunting pada inseminasi pertama. Semakin tinggi CR semakin tinggi keberhasilan IB.  Pemeriksaan kebuntingan dengan palpasi rektal bisa dilakukan 2-3 bulan setelah pelaksanaan inseminasi buatan.

 

                         Jumlah Ternak yang Bunting pada IB pertama

         CR      =                                                                                            X  100 %

                                              Jumlah seluruh Ternak yang di IB

 

E. Keberhasilan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) tergantung beberapa faktor  yaitu :

  1. Kualitas semen pejantan
  2. Kesuburan betina
  3. Keterampilan inseminator
  4. Keterampilan peternak dalam mendeteksi birahi
  5. Ketepatan waktu inseminasi

 

E. Pelaporan

            Hasil pelaksanaan inseminasi butan harus segera dilaporkan, laporan atau rekording bermanfaat untuk mengetahui kapan waktu di inseminasi, jenis pejantan yang digunakan agar tidak terjadi inbreeding, mengetahui umur kebuntingan dengan tepat dan mengetahui perkiraan kelahiran. Saat ini sudah ada aplikasi tempat melaporkan pelaksanaan inseminasi buatan melalui ISIKHNAS.  Data-data yang dilaporkan by name by address, identitas peternak, identitas ternak, kode pejantan. Data  dilaporkan secara online akan tersimpan secara otomatis.

 

DAFTAR PUSTAKA :

Hafesz, E.S. E. (1993) Artificial Inseminastion. in : Hafez, E. S. E (1993) Reproduction in

                  Farm Animal. 6 Th Ed. Lea and Febiger, Philadelphia.

Toelihere, R. M. (1977) Inseminasi pada Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

                   Angkasa Bandung

 

 

Terkait

Komentari

Surel Anda tetap rahasia. Kolom yang harus diisi ditandai dengan *
Anda boleh menggunakan label dan atribut HTML: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

SEJARAH PIMPINAN DISNAKKESWAN
  • Rahmat Yuniar,.SP.,M.Si
    Tahun 2022-Sekarang
Pegawai
Harga Produk Hewan
INFOGRAFIS