Disusun : Asep Rohimat
Dalam proses penggolongan(grading), telur dipisahkan berdasar warna kerabang, bentuk dan berat telur. Berdasarkan SNI 3926:2008 bobot telur di golongkan menjadi 3, yaitu : kecil (<50g), sedang (50g sampai dengan 60g), dan besar (>60g). Pada prinsipnya faktor yang mempengaruhi berat telur dibedakan menjadi tiga bagian utama yaitu ternaknya, pakan dan lingkungan.
Tabel. Penggolongan telur berdasarkan beratnya.
Golongan telur |
Berat (gram/butir) |
Jumbo |
Diatas 65 |
Extra |
60 – 65 |
Besar |
55 – 60 |
Medium |
45 – 50 |
Peewee |
Dibawah 45 |
Sumber : Soeparno dkk, 2017
- Faktor Ternak
Termasuk dalam faktor ternak adalah genetik, umur saat dewasa kelamin dan saat peneluran. Konservasi genetik asli dari beberapa bangsa ayam digunakan untuk mengetahui efek seleksi dan genetik terhadap perubahan komposisi telur. Seleksi ini meningkatkan produksi telur, tetapi menurunkan berat kuning telur, pengingkatan sedikit dari berat kering putih telur. Namun seleksi ini meningkatkan efisiensi pakan dan memajukan umur dewasa kelamin.
Berat telur meningkat selaras dengan umur ayam. Ayam pertama kali bertelur pada umur 20 minggu dengan berat tidak kurang dari 50 gram, kenaikan berat telur secara cepat terjadi khususnya pada 6 minggu pertama dari peneluran pertama, kemudian terjadi kenaikan perlahan setelah umur 30 minggu, dan relatif stabil setelah umur 50 minggu.
Peningkatan berat telur terjadi bila ayam molting, molting atau rontok bulu merupakan proses alami dari seluruh bangsa unggas dalam mengganti bulu-bulu lamanya dalam rangka migrasi dan menghadapi musim dingin. Meluruh atau molting bisa meningkatkan berat telur dan kualitas kerabang (Yuwanta, 2010).
2. Faktor Pakan
Berat telur meningkat apabila kadar protein mencapai 16%. Mineral khususnya posfor memegang peranan penting dalam peningkatan berat telur, kadar posfor tersedia 0,30 g/hari cukup untuk memberikan berat telur yang baik. Sedangkan bahan pakan yang mengandung anti nutrisi cukup tinggi dalam pakan dapat menurunkan berat telur 1 – 3 g.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan ini terdiri atas temperature, cahaya dan sistem pemeliharaan (kandang litter/baterai). Dari hasil penelitian didapatkan setiap peningkatan temperatur kandang 10C akan menurunkan 0,4 g berat telur. Temperatur mulai berperan jika temperature lebih dari 300C, dan hasil optimal pada kisaran suhu 16-210C. Sebenarnya pengaruh suhu ini tidak langsung kepada berat telur yang diihasilkan, peningkatan suhu menyebabkan langsung pada konsumsi pakan dan konsumsi kalsium sehingga mempengaruhi keseimbangan asam basa didalam darah ayam.
Cahaya adalah faktor lingkungan yang berperan didalam mengatur ritme ovulasi dan jumlah telur karena cahaya merupakan agen yang mengatur sinkronisasi harian. Penggunaaan cahaya disertai penembahan sumber pakan mineral mampu meningkatkan kualitas kerabang telur. Menurut penelitian Yuwanta bahwa indeks kerabang telur dan kekuatan tekan serta berat telur meningkat ketika ayam diberi cahaya intermittent.
Berat telur meningkat 0,5 – 1 g pada ayam tipe ringan dan 1,5 – 2 g pada ayam pembibit yang dipelihara pada kandang baterai apabila dibanding dengan pemeliharaan di litter. Dalam system kandang litter menghasilkan kadar amoniak tinggi, hal ini mempengaruhi yaitu penurunan kualitas telur dan pH putih telur.
PUSTAKA :
- Soeparno, R.A. Rihastuti, Indratiningsih, Suharjono Triatmojo (2017). Cetakan ke II. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
- Tri Yuwanta (2010). Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
- SNI Telur Konsumsi. SNI 3926:2008