EVOLUSI, GEN DAN KONSUMSI SUSU

EVOLUSI, GEN DAN KONSUMSI SUSU

Disusun oleh : Asep Rohimat K SPt

Gerakan minum susu digalakan di sekolah-sekolah dasar di indonesia, apakah kebijakan ini berdampak baik bagi generasi pelajar, karena kebanyakan orang indonesia tidak punya kemampuan mencerna susu. Ini disebabkan didalam pencernaan kebanyakan orang indonesia kekurangan enzym laktase sebagai pemecah gula dalam susu (Laktosa). Susu mengandung laktosa yang banyak, laktosa bisa diserap saluran pencernaan kalau sudah terpecah menjadi glukosa dan galaktosa, dan untuk memecah tersebut maka dalam saluran pencernaan manusia membutuhkan enzym. Enzym yang memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa disebut enzym laktase. Penurunan kadar enzym laktase menyebabkan laktosa yang masuk di saluran pencernaan menjadi dipecah oleh bakteri, dan aktifitas bakteri memecah laktosa menghasilkan gas, yang akhirnya mengakibatkan kentut terus, sakit perut dan diare. Dan bahwa kemampuan orang atau suatu bangsa mencerna susu di tentukan gen,  gen hasil evolusi.

Ada sebuah kisah dituturkan oleh sebuah gen pada kromosom 1, yakni gen untuk laktase. Enzim diperlukan untuk pencernaan laktosa, sejenis gula yang berlimpah dalam susu. Kita semua terlahir dengan gen ini dalam keadaan aktif pada sistem pencernaan kita, tetapi pada kebanyakan mamalia (termasuk orang) gen  ini dinonaktifkan setelah lewat masa bayi. Alasannya masuk akal : susu ibu hanya diminum selama bayi, maka membuat enzim untuk itu setelah lewat masa bayi merupakan pemborosan energi. Akan tetapi beberapa ribu tahun lampau, manusia tiba-tiba mendapatkan gagasan untuk mencuri susu dari hewan peliharaan untuk mereka konsumsi sendiri, maka lahirlah tradisi pengolahan susu. Susu tersebut baik-baik saja bagi bayi, tetapi bagi orang dewasa, susu yang sama sulit dicerna tanpa kehadiran laktase. Salah satu cara mengatasi masalah tersebut adalah membiarkan bakteri mencerna laktosa dan mengubah susu menjadi keju. Keju, dengan laktosa lebih sedikit, mudah dicerna baik oleh orang dewasa maupun kanak-kanak.

Bagaimanapun, ada kalanya gen pengendali yang bertugas menonaktifkan gen laktase kebetulan menderita suatu mutasi sehingga produksi laktase tidak berhenti pada akhir masa bayi. Mutasi ini memungkinkan penyandangnya minum dan mencerna susu  seumur hidup. Beruntunglah bagi produsen susu, sebab kebanyakan orang barat telah mengalami mutasi tersebut. Lebih dari 70% orang eropa barat secara turunan dapat minum susu sampai dewasa, dibanding kurang dari  30% orang di wilayah afrika, diwilayah timur dan tenggara  asia serta oceania. Frekuensi mutasi ini berbeda dari bangsa ke bangsa dan dari tempat ke tempat namun dengan pola yang halus dan rinci, sehingga kita dengan mudah dapat menjawab pertanyaan seputar alasan orang mengkonsumsi susu.

 Ada 3 hipotesis yang dapat kita cermati. Pertama dan paling jelas, orang mengkonsumsi susu guna memanfaatkan persediaan makanan yang mudah dan murah dari sekawanan ternak peliharaan mereka. Kedua, mereka memanfaatkan susu ditempat-tempat yang kekurangan siraman cahaya matahari dan karena itu memerlukan sumber lain vit D, suatu zat yang biasanya dengan bantuan cahaya matahari. Susu kaya dengan vit D. Hipotesis ini didukung oleh hasil pengamatan bahwa orang di wilayah utara Eropa memiliki tradisi meminum susu segar, sedangkan orang diwilayah laut tengah lebih suka mengkonsumsi keju. Ketiga, tradisi minum susu mungkin dimulai ditempat-tempat kering yang kekurangan air, dan bagi kaum pengelana dan penghuni gurun susu merupakan sumber air tambahan. Suku bangsa pengembara seperti Bedouin dan Tuareg di gurun Sahara dan Arabia, dikenal sebagai peminum susu yang kuat.

 Setelah mencermati 62 kultur berbeda, dua pakar biologi berhasil memutuskan mana yang benar diantara ketiga teori diatas. Mereka tidak menemukan korelasi yang bagus antar kemampuan minum susu dan derajat lintang yang tinggi pada bumi, juga tidak menemukan korelasi yang bagus dengan wilayah kekurangan hujan. Berarti ini melemahkan hipotesis kedua dan ketiga. Sebaliknya mereka sungguh menemukan bukti bahwa orang yang paling kuat minum susu adalah orang dari keturunan kaum penggembala. Suku Tutsi di wilayah Afrika tengah, suku Fulani diwilayah barat Afrika, suku Bedouin, Tuareg, dan Be Ja di gurun, orang Irlandia, orang Ceko, dan orang Spanyol adalah daftar penduduk yang hampir tidak memiliki kesamaan kecuali pengalaman sejarah sebagai penggembala biri-biri, kambing atau sapi. Mereka juara dalam mencerna susu.

Bukti tersebut menunjukan bahwa satu bangsa atau suatu suku harus menjadi penggembala dahulu, baru kemudian mengembangkan kemampuan mencerna susu sebagai reaksi terhadap kebiasaan itu. Hampir mustahil mereka sengaja memilih hidup mereka sebagai penggembala setelah ada ilmuwan mengatakan bahwa secara genetik mereka boleh minum susu sesuka mereka. Ini sebuah temuan cukup penting, sekaligus sebuah contoh bahwa suatu perubahan budaya dapat mengantar ke perubahan bioligis, secara evolusi. Gen-gen dapat disuruh berubah melalui usaha yang dilakukan secara sukarela, bebas dan sadar. Dengan meniru gaya hidup penggembala yang mengkonsumsi susu, orang dapat menciptakan tekanan evolusioner mereka sendiri (matt ridley, 2017).

Sumber :

Terkait

Komentari

Surel Anda tetap rahasia. Kolom yang harus diisi ditandai dengan *
Anda boleh menggunakan label dan atribut HTML: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

SEJARAH PIMPINAN DISNAKKESWAN
  • Rahmat Yuniar,.SP.,M.Si
    Tahun 2022-Sekarang
Pegawai
Harga Produk Hewan
INFOGRAFIS