Oleh : Jamaluddin ZA, S. Pt (Kasi Budidaya Peternakan Dinas Peternakan Kab. Lebak)
Banyak kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi cacing pada ternak baik kerugian ekonomi maupun kerugian waktu dalam pemeliharaan. Ternak yang terinfeksi cacing walaupun mengkonsumsi pakan tinggi namun produksi daging rendah dengan kata lain biaya pakan tetap tetapi bobot badan ternak tidak meningkat bahkan terjadi penurunan. Apalagi keadaan yang lebih parah terjadi, misalnya terjadi kematian ternak akibat infeksi cacing tentu sangat merugikan peternak. Kerugian yang lain akibat infeksi cacing adalah calving interval yang lebih panjang akibat terganggunya sistim reproduksi ternak akibat kekurangan nutrisi. Kemudian kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi cacing adalah menurunnya daya tahan terhadap penyakit.
Cacing merupkan endoparsait yang dapat mengganggu terhadap pertumbuhan dan perkembangan ternak. Kecacingan bisa menyebabkan ternak menjadi kurus akibat zat-zat makanan yang dikonsumsi oleh ternak tidak dapat diserap dengan sempurna oleh tubuh karena bersaing dengan cacing yang terdapat dalam tubuh. Tidak hanya ternak menjadi kurus, ternak yang kecacingan bisa mengakibatkan ternak tersebut menjadi lumpuh bahkan terjadi kematian. Indonesia merupakan daerah tropis yang cenderung lembab merupakan tempat yang cocok untuk berkembang biaknya beberapa jenis cacing misalnya cacing giing, cacing hati dan cacing pita.
A. Penularan Parasit Cacing
Penularan kecacingan bisa terjadi dari berbagai macam sebab, diantaranya :
- Menular sejak masih fetus
Penularan sejak dari fetus tejadi disaat ternak bunting, penularan parasit cacing terjadi melalui larva cacing yang terdapat di uterus ternak bunting yang terinfeksi cacing.
- Menular melalui pakan dan minum
Penularan parasit cacing bisa terjadi dari pakan dan minum yang dikonsumsi oleh sapi sehat dari bekas pakan yang dikonsumsi oleh ternak yang terinfeksi parasit cacing.
- Menular melalui susu induk yang dikonsumsi oleh anak
Susu atau kolostrum yang dikonsumsi oleh anak dari induk ternak yang terkontaminasi larva cacing.
- Menular melalui rumput yang dikonsumsi ternak
Rumput yang tercemar oleh larva cacing yang dikonsumsi ternak dapat terinfeksi cacing.
- Tertular melalui perantara siput
Siput dapat menularkan kecacingan pada ternak terutama family Lymnaeidae. Siput lymnoeidoe dijadikan sebagai inang bagi cacing untuk melanjutkan siklus hidupnya terutama cacing hati.
Produk atau makanan asal hewan yang terkena penyakit cacing atau yang terdapat larva cacing bisa menular pada manusia. Kecacingan tertular pada manusia akibat mengkonsumsi makanan asal hewan yang terdapat larva cacing yang dimasak kurang matang atau dikonsumsi masih mentah. Daging atau bahan asal ternak yang dikonsumsi membawa larva cacing ke usus manusia sehingga cacing tumbuh dan berkembang.
B. Ciri-ciri Ternak Yang Terinfeksi Cacing
Ciri-ciri ternak ruminansia yang terinfeksi cacing yaitu : Kurus, bulu kusam bulu berdiri (tidak mengkilat), bulu mudah rontok, lemas, pertumbuhan terhambat, diare, anemia, lapisan mukosa pucat, belekan, bengkak di bagian rahang sampai ke bagian perut dan pada kasus kecacingan yang berlangsung lama bisa mengakibatkan kesulitan mengeluarkan feses. Jika ingin mengetahu apakan ternak yang dipelihara positif atau tidak terinfeksi cacing maka dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan sample feses.
C. Pencegahan dan Penanggulangan Kecacingan
Pencegahan dan penanggulangan yang paling utama dilakukan agar ternak tidak ternfeksi parasit cacing adalah memutus siklus hidup cacing dengan cara :
- Menjaga Sanitasi kandang ternak
Menjaga sanitasi kandang dapat dimulai dari membersihkan kotoran di kandang, membuat drainase untuk membuang urin dan air, membersihkan tempat pakan dan tempat minum, kandang tidak boleh lembab atau harus selalu kering.
- Jangan menggembalakan ternak dipagi hari
Agar ternak tidak terinfeksi cacing maka jangan mengembalakan ternak dipagi hari apalagi rumput masih basah oleh embun pagi. Menggembalakan ternak dipagi hari terdapat larva cacing yang berada dipermukaan rumput. Rumput yang diarit dipagi hari jangan langsung diberikan pada ternak, lebih baik diangin-anginkan atau dilayukan terlebih dahulu agar air yang terdapat pada rumput kering sehingga larva cacing turun.
- Menghindari atau membasmi siput
Siput merupakan inang untuk melanjutkan siklus hidup cacing sehingga peternak sebaiknya menghindari lokasi penggembalaan yang terdapat banyak siput atau membasmi siput yang terdapat disekitar kandang maupun di padang penggembalaan.
- Memberikan obat cacing rutin sesuai aturan
Pemberian obat cacing rutin sesuai aturan pada ternak sangat diperlukan agar ternak terhindar dari penyakit cacing.
- Penggembalaan Bergilir
Menggembalaan tidak dilakukan terus menerus, harus dilakukan penggembalaan bergilir.
- Pemberian pakan tinggi nutrisi dan multivitamin
Pemberian pakan dengan nutrisi yang tinggi dan multivitamin bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh ternak.
D. Obat-obat Tradisional untuk Menanggulangi Cacing
- Buah Pinang
Buah pinang yang sudah matang dikupas kulitnya, kemudian dikeluarkan bijinya. Biji pinang ditumbuk halus lalu dicampur dengan air lalu dicekok pada ternak.
- Bawang putih
Bawang putih ditumbuk sampai halus kemudian dicampur dengan air lalu dicekok pada ternak.
- Buah Lamtoro
Buah lamtoro diambil bijinya yang sudah tua lalu ditumbuk halus. Setelah ditumbuk halus dicampur dengan air kemudian dicekokin pada ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumamihardja S. (1995) Parasit dan Parasitosis pada Hewan ternak dan Hewan Piaraan
di Indonesia. Pusat antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor
Suhardono (1998) Pengendalian infeksi cacing hati pada ternak: kontrol biologi fasciola
gigantika dengan trematoda lain pada siput lymneae rubiginosa wartazoa