Oleh : Puthut Setyo Wibowo (Pengelola Program Keswan & Kesmavet Dinas Peternakan Lebak)
Hampir semua orang pasti pernah menyantap telur dalam beraneka bentuk hidangan, mulai dari yang paling sederhana yaitu telur rebus, telur dadar, telur ceplok hingga sudah dalam bentuk hidangan yang lebih kompleks seperti kue. Dapat dikatakan telur adalah sumber protein hewani yang multifungsi karena selain bisa dijadikan sebagai lauk, juga bisa menjadi kue-kue lezat dengan kombinasi penambahan bahan-bahan lain dalam proses pengolahannya. Telur menjadi salah satu sumber protein hewani yang sangat digemari oleh masyarakat karena harganya relatif murah dan memiliki cita rasa yang lezat, pada umumnya telur yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat adalah telur ayam, bebek, puyuh dan angsa. Namun dibalik segala manfaatnya telur banyak menyimpan mitos, dan kali ini yang akan dibahas adalah mitos yang banyak dipercaya oleh masyarakat bahwa mengkonsumsi telur mentah bisa meningkatkan stamina atau lebih berkhasiat.
Banyak percaya bahwa makan telur mentah atau telur setengah matang bisa meningkatkan stamina mereka dengan anggapan telur mentah lebih fresh sehingga amat baik untuk dikonsumsi, padahal telur mentah dan setengah matang sebenarnya belum siap untuk dikonsumsi karena ikatan proteinnya masih begitu kuat. Tubuh sulit memecahnya menjadi asam amino sehingga proses untuk mencernanya pun berlangsung amat lambat. Makanya telur mentah mampu membuat orang yang mengkonsumsinya merasa kenyang lebih lama. Mungkin disinilah berawal munculnya mitos bahwa mengkonsumsi telur mentah membuat seseorang merasa lebih kuat beraktivitas dan berolahraga.
Namun yang banyak tidak diketahui adalah dengan mengkonsumsi telur mentah atau setengah matang sebenarnya sangat beresiko terhadap kesehatan bahkan dapat menyebabkan keracunan. Risiko terbesar makan telur mentah adalah terinfeksi bakteri Salmonella yang dapat mengakibatkan Salmonelosis. Bakteri Salmonella merupakan grup bakteri yang dapat menyebabkan gejala diare pada manusia dan secara alami hidup di saluran pencernaan dan kotoran unggas, bakteri ini mencemari telur melalui cangkang telur dan masuk melalui pori-pori cangkang telur. Bakteri Salmonella menginfeksi unggas (ayam) tanpa menimbulkan gejala klinis dan tidak menyebabkan perubahan fisik pada telurnya sehingga tidak dapat dikenali secara kasat mata dan hanya dapat diketahui melalui pengujian di laboratorium.
Gejala Salmonelosis terjadi antara 6-48 jam setelah mengkonsumsi telur yang terinfeksi bakteri Salmonella, gejalanya antara lain diare, mual, muntah, pusing, demam. Apabila mengalami hal tersebut segeralah untuk meminta pertolongan tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat, walaupun penyakit ini biasanya bisa sembuh dalam waktu 4-7 hari terkecuali penyakit telah menyebar ke organ-organ lain melalui saluran darah.
Bakteri Salmonella dalam telur dapat dimatikan dengan proses pemasakan yang sempurna (matang), sedangkan telur yang mengandung bakteri Salmonella dan dimasak hanya setengah matang masih mengandung bakteri Salmonella hidup sehingga masih berpotensi menimbulkan infeksi yang dapat beresiko terhadap kesehatan konsumen.
Dengan adanya faktor resiko tersebut sebaiknya masyarakat lebih bijak untuk tidak mengkonsumsi telur mentah atau telur setengah matang, kecuali diyakini sumber telur berasal dari peternakan ayam yang sehat dan sebaiknya pilihlah telur yang kulitnya tidak retak dan bersih.
Sumber :
Anonim. Eggs – Salmonella and Food Safety. Akses 15 Mei 2019. https://foodsafetytrainingcertification.com/food-safety-news/salmonella-eggs-and-food-safety/
Lukman, DW. 2018. Telur Konsumsi & Keamanan Pangan.
Team BPMSPH. 2013. Bahaya Tidak Terlihat Dalam Makanan Kita, Waspada Salmonelosis. [Leaflet]. Bogor : BPMSPH Kementrian Pertanian RI.