Oleh : Jamaluddin ZA, S.Pt (Kasi Budidaya Peternakan Dinas Peternakan Kab. Lebak)
Membawa ternak penuh dengan resiko jika pengemudi tidak mengerti cara penanganannya. Resiko yang sering terjadi seperti patah tulang, lumpuh dan resiko terburuk yang sering terjadi adalah kematian ternak sewaktu masih diperjalanan. Apabila resiko tersebut terjadi tentu akan merugikan bagi pemilik ternak. Kejadian yang sama juga bisa terjadi setelah tiba di lokasi pengiriman ternak, jika tidak mengetahui cara penangananya. Berikut ini penanganan ternak selama perjalanan atau setelah tiba di lokasi tujuan.
- Penanganan Ternak Selama Transportasi
Saat membawa ternak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ternak yang dibawa aman sentosa sampai tempat tujuan. Hal-hal yang peru diperhatikan adalah keadaan ternak dan kondisi kenderaan serta pengemudinya.
A.1. Kondisi Ternak
Sebelum membawa ternak terlebih dahulu diperhatiakan kondisi ternak. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah cek fisik ternak, pemeriksaan yang di lakukan antara lain melihat performa seluruh tubuh, pemeriksaan mata, mulut, anus, kecacatan, suhu tubuh dan lain-lain. Kemudian pemeriksaan Laboratorium, hal ini bertujuan agar mengetahui apakah ternak memiliki penyakit bawaan. Pemeriksaan laboratorium biasanya dengan pengambilan darah ternak, bisa berupa ulas darah atau pengambilan sampel darah. Tujuan utama dari pemeriksaan kesehatan ini adalah untuk menghindari penularan penyakit ke lokasi yang baru. Apabila dinyatakan positif sakit, sebaiknya ternak tidak dibawa karena berakibat akan memperburuk kondisi ternak tersebut dan beresiko menularkan penyakit terhadap ternak yang lain.
Banyak situasi di perjalanan yang membuat ternak stress, oleh karena itu ternak yang dibawa diperjalanan harus menjadi perhatian pengemudi. Sebaiknya dalam membawa ternak harus memakai supir yang berpengalaman dan yang tidak kalah penting adalah kondektur untu memonitor keadaan ternak setiap saat. Jika yang dibawa sapi atau kerbau, kondektur sebaiknya menjaga ternak di bak kendaraan. Tujuanya agar lebih mudah memonitor keaadan sapi atau kerbau di dalam kendaraan. Sapi/kerbau pada saat di dalam kendaraan harus tetap berdiri, jika kerbau atau sapi dalam posisi duduk bisa terinjak-injak oleh sapi/kerbau yang lain. Hal ini bisa mengakibatkan sapi/kerbau lumpuh atau mati. oleh karena itu kondektur harus memastikan semua kerbau/sapi di dalam kendaraan dalam posisi berdiri.
A.2. Kondisi Kendaraan
Kondisi kendaraan yang akan membawa ternak harus menjadi perhatian, Kendaraan yang mengangkut ternak kondisinya harus baik, agar selama perjalanan tidak menemukan kendala akibat kerusakan kendaraan. Bak mobil harus didesain sebaik mungkin, senyaman mungkin dan membuat ternak tidak bisa keluar dari bak. Lantai kendaraan tidak boleh licin dan berlubang karena dapat mengakibatkan ternak mudah jatuh yang bisa beresiko patah kaki, terinjak-injak ternak lain dan lumpuh bahkan mati. Lantai kenderaan harus diberikan alas bisa berupa sekam, jerami atau serbuk gergaji.
Sebelum diangkut terlebih dahulu dilakukan pemberian vitamin. Bagi ternak sapi atau kerbau yang akan dinaikkan ke dalam kendaraan sebaiknya terlebih dahulu menyediakan tempat menaikkan (loading) ternak ke dalam kenderaan. Posisi ujung loading sejajar degan bak truk dan berbentuk miring ke belakang agar memudahkan ternak dinaikkan keatas truk. Kemudian Pakan dan minum harus disiapkan sesuai kebutuhan selama perjalanan. Pemberian pakan dan minum bisa dilakukan disaat kendaraan istirahat. Pakan yang disiapkan adalah pakan yang tidak cepat busuk dan cukup selama perjalanan.
Jumlah ternak yang akan dibawa harus sesuai dengan kapasitas tampung, tidak boleh memaksakan ternak yang lebih banyak karena akan berakibat terhadap seluruh ternak yang ada dalam kendaraan. Selama ternak dalam perjalanan pengemudi dan kondektur harus memperhatikan kesejahteraan hewan (kesrawan), perlakuan ini agar tidak menambah stress pada ternak selama perjalanan.
Sebelum mengangkut ternak, terlebih dahulu disiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan, agar tidak ada gangguan dalam perjalanan akibat ketidak lengkapan dokumen administrasi. Dokumen yang harus dipersiapkan adalah surat jalan ternak dan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH). Jika pengiriman ke luar pulau harus menyiapkan dokumen dari karantina hewan. Jika pengiriman melalui laut karantina biasanya berada di Pelabuhan sedangkan jika ternak dibawa lewat udara karantina berada di bandara. Beberapa hari sebelum keberangkatan, dokumen karantina harus diurus terlebih dahulu, biasanya 2 minggu sebelum berangkat. karena pihak karantina akan memonitor ternak yang akan di kirim. Data-data yang harus dilengkapi adalah hasil laboratorium tentang keterangan bebas penyakit tertentu. Laboratorium yang mengeluarkan hasil pemeriksaan penyakit harus laboratorium yang berkompeten. Kemudian sertifikat kesehatan hewan yang diterbitkan oleh dokter hewan karantina, dokumen tentang surat rekomendasi pemasukan dari daerah tujuan dan surat rekomendasi pengeluaran dari daerah asal ternak. Biasanya yang mengeluarkan surat keterangan tersebut adalah Dinas yang membidangi peternakan. Kemudian surat izin pemasukan hewan dan surat izin pengeluaran hewan dari Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu. Seluruh dokumen ini dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina.
Posisi ternak saat dibawa jarak jauh lebih dari 12 jam diupayakan posisi ternak berdiri, namun jika perjalanan jarak dekat untuk ternak domba/kambing lebih baik posisi duduk, kondisi ini selain memberikan kenyamanan pada ternak juga menghindari ternak terjatuh. Posisi duduk untuk ternak domba/kambing bisa membuat bak kenderaan menjadi dua tingkat, dengan begitu bisa menambah jumlah ternak yang akan dibawa.
B. Penanganan Setelah transportasi
Saat ternak sampai di lokasi tujuan perlu dipersiapkan tempat penurunan ternak (loading) untuk menghindari resiko kecelakaan pada ternak saat diturunkan dari kenderaan. Ketika menurunkan ternak harus dipastikan bak truk menempel rapat pada loading, tujuanya untuk menghindari kaki ternak masuk terperosok ke daam luabng akibat jarak bak truk dengan loading yang tidak rapat. Hal ini sering terjadi terutama terhadap ruminansia besar yang mengakibatkan patah kaki.
Selama perjalanan ternak mengalami dehidrasi akibat panas dan stress perjalanan. Kondisi pada saat baru datang kelihatanya ternak masih lemah. Kondisi ini harus segera dipulihkan. Ternak yang baru sampai dari perjalanan terlebih dahulu di cek kesehatanya. kemudian diistirahatkan sekitar setengah jam, kemudian baru diberikan air minum yang sudah dicampur dengan gula agar tenaganya pulih kembali. Ternak yang baru datang membutuhkan waktu adaptasi di tempat yang baru, baik lingkungan maupun pakannya. Ternak yang baru datang harus dikarantina selama 2 minggu. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penularan penyakit bawaan dari ternak yang baru datang. Kandang karantina untuk ternak yang baru harus sudah tersedia. Kandang yang akan ditempati dalam keadaan bersih dan kering. Sebaiknya beberapa hari sebelum datang ternak, kandang sudah didesinfeksi agar ternak yang baru datang tidak terjangkit penyakit akibat kondisi kandang yang tidak sehat.
Biasanya ternak yang dibawa dari jarak jauh sering mengalami sakit mata, pada kambing dan domba sering terjadi penyakit orf. Sakit mata selama perjalanan kemungkinan disebabkan oleh banyaknya urin yang menumpuk di bak kendaraan pengangkut ternak. Sehingga gas amoniak dari urin ada yang mengenai mata. Bisa juga akibat agin dan debu yang mengenai mata selama perjalanan. Penanganan sakit mata yang dilakukan selama ini dengan memberikan obat mata kepada ternak yang terkena gejala sakit mata, sedangkan penyakit orf pada domba atau kambing biasanya ditangani dengan melakukan auto immun.
Semoga dengan adanya informasi ini dapat bermanfaat bagi peternak dalam menangani ternaknya dengan baik ketika mengangkut ternak dan setelah tiba pada tujuan.
Daftar Pustaka :
Balai Karantina Pertanian Kementerian Pertanian RI
<
p style=”text-align: justify;”>